Breaking News

Laman

Rabu, 19 Juni 2013

Macam Macam Pola Asuh Orang Tua

Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua
Terdapat beberapa jenis pola asuh. Seorang ahli pola asuh terkemuka, Diana Baumrind menyatakan bahwa, terdapat empat jenis atau bentuk utama gaya pengasuhan

diantaranya:
a.Pola Asuh Otoritarian (Authoritarian Parenting Style)
Pola asuh ini bersifat membatasi dan menghukum, mendesak anak untuk mengikuti kata orangtua mereka, harus hormat pada orangtua mereka, memiliki tingkat kekakuan (strictness) yang tinggi, dan memiliki intensitas komunikasi yang sedikit. Diana Baumrind menyatakan bahwa anak yang dididik secara otoritarian ini memiliki sikap yang kurang kompeten secara sosial, keterampilan
komunikasi yang buruk, dan takut akan perbandingan social Dengan gaya otoritarian seperti ini anak dimungkinkan memberontak karena tidak terima atau bosan dengan pengekangan. Karena remaja cenderung ingin mencari tahu tanpa mau dibatasi. Dengan pola asuh ini, probabilitas mu
nculnya perilaku menyimpang pada remaja menjadi semakin besar.


b. Pola Asuh Otoritatif (Authoritatve Parenting Style)
Menurut Chadler pola asuh ini memiliki karakteristik berupa intensitas tinggi akan kasih sayang, keterlibatan orang tua, tingkat kepekaan orangtua terhadap anak, nalar, serta mendorong pada kemandirian. Orang tua yang menerapkan pola asuh seperti ini memiliki sifat yang sangat demokratis, memberikan kebebasan kepada anak tetapi tetap memberi batasan untuk meng arahkan anak menentukan keputusan yang tepat dalam hidupnya. Anak yang di didik dengan pola asuh ini memiliki tingkat kompetensi sosial yang tinggi, percaya diri, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, akrab dengan teman sebaya mereka, dan mengetahui konsep harga diri yang tinggi. Sehinnga diana Baumrind, pencetus teori ini, sangat mendukung sekali penerapan pola asuh ini di rumah. Karakteristik pola asuh ini dapat mengimbangi rasa keingintahuan remaja. Sehingga proses anak dalam menimbulkan perilaku tindakan antisosial cenderung bisa dibatasi. Karena walaupun anak dibebaskan, orang tua tetap terlibat dengan memberi batasan berupa peraturan yang tegas.

c.Pola Asuh Mengabaikan (Neglectful Parenting Style)
Pola asuh ini bercirikan orangtua yang tidak terlibat dalam kehidupan anak karena cenderung lalai. Urusan anak dianggap oleh orangtua sebagai bukan urusan mereka atau orang tua menganggap urusan sanganak tidak lebih penting dari urusan mereka. Diana Baumrind menyatakan anak yang diasuh dengan gaya seperti ini cenderung kurang cakap secara sosial, m
emiliki kemampuan pengendalian diri yang buruk, tidak memiliki kemand irian diri yang baik, dan tidak bermotivasi untuk berprestasi. Dalam konteks ini timbulnya perilaku penyimpangan oleh remaja, pola asuh seperti ini men ghasilkan anak-anak yang cenderung memiliki frekuensi tinggi dalam melakukan tindakan anti sosial. Karena mereka tidak biasa untuk diatur sehingga apa yang mereka mau lakukan, mereka akan lakukan tanpa mau dilarang oleh siapapun.

d.Pola Asuh Memanjakan (Indulgent Parenting Style)
Menurut Diana Baumrind, Pola asuh seperti ini membuat orang tua menjadi sangat terlibat dengan anak-anak mereka. Mereka menuruti semua kemauan anak mereka, dan sangat jarang membatasi perilaku anak mereka. Anak yang dihasilkan dengan pola asuh seperti ini, merup
akan anak-anak yang sulit untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri, karena terbiasa untuk dimanja. Anak-anak ini dapat seenaknya untuk melakukan tinda kan perilaku menyimpang,
karena terbiasa dengan sistem “apa saja dibolehkan”. Sehingga kemungkinan timbul dan terulangnya perilaku menyimpang menjadi sangat besar. Sedangkan menurut Menurut Pudjibudo yang dikutip oleh Balson, ada tiga macam pola asuh yang selama ini digunakan oleh masy
arakat yaitu :
1.Pola Asuh Koersif : tertib tanpa kebebasan
Pola Asuh koersif hanya mengenal Hukuman dan Pujian dalam berinteraksi dengan anak. Pujian akan diberikan ketika anak melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan orang tua. Sedangkan hukuman akan diberikan ketika anak tidak melakukan yang sesuai dengan keinginan orang tua. Akibat penerapan pola asuh koersif ini akan muncul empat tujuan anak berperilaku negatif yakni : Mencari perhatian, Unjuk kekuasaan , Pembalasan dan Penarikan diri. Ketika seorang anak dipaksa untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan keinginan orang tua dan dengan cara yang dikehendaki oleh orang tua maka anak akan kembali menuntut orang tuanya untuk memberikan perhatian atau pujian kepadanya. Sebaliknya jika anak tidak dapat memenuhi tuntutan orang tuanya maka dia akan merasa hidupnya tidak berharga maka dia akan menarik dirinya dari kehidupan. Pada saat orang tua menghukum anak karena anak tidak mematuhi keinginannya maka anak akan belajar untuk mencari kekuasaan karena dia merasakan bahwa karena dia tidak memiliki kekuasaanlah dia jadi terhina, jika dia tidak mendapatkan kekuasaan tersebut maka dia akan menanti-nanti saat ang tepat baginya untuk membalasi semua perilaku tak enak yang dia terima selama ini. Orang tua yang koersif beranggapan bahwa mereka dapat merubah perilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai yang mereka anut dengan cara mencongkel perilaku itu lalu menggantikannya denganperilaku yang mereka kehendaki tanpa memperdulikan perasaan anaknya.

2.Pola Asuh Permisif : bebas tanpa ketertiban.
Pola asuh ini muncul karena adanya kesenjangan atas pola asuh. Orang tua merasa bahwa pola asuh koersif tidak sesuai dengan kebutuhan fitrah manusia, sebagai pengambil keputusan yang aktif, penuh arti dan berorientasi pada tujuan dan memiliki derajat kebebasan untuk menentukan perilakunya sendiri. Namun disisi lain orang tua tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan terhadap putra putri mereka, sehingga mereka menyerahkan begitu saja pengasuhan anak-anak mereka kepada masyarakat dan media masa yang ada. Sambil berharap suatu saat akan terjadi keajaiban yang datang untuk menyulap anak-anak mereka sehingga menjadi pribadi yang sole
h dan sholehah. Di satu sisi orang tua tidak tahu apa yang baik untuk anaknya, disisi yang lain anak menafsirkan ketidak berdayaan orang tua mereka dengan orang tua yang tidak punya pengharapan terhadap mereka. Hasil dari pola asuh permisif ini biasanya anak akan menjadi impulsif, tidak patuh, menja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial, akibatnya anak akan terjebak kepada gaya hidup yang serba boleh persis tepat dan sesuai dengan pola yang berlaku pada masyarakat tempat dia dibesarkan saat ini. Di satu sisi orang tua akan selalu menanggung semua akibat perilaku anaknya tanpa mereka sendiri menyadari hal ini.

3.Pola Asuh Dialogis : tertib dengan kebebasan.
Pola Asuh ini datang sebagai jawaban atas ketiadaan nya pola asuh yang sesuai dengan fitrah penciptaan manusia . Dia merup akan pola asuh yang diwajibkan oleh Allah swt terhadap para utusannya. Berpijak kepada dorongan dan konsekuensi dalam membangun dan memelihara fitr ah anak. orang tua menyadari bahwa anak adalah amanah Allah SWT pada mereka dia merupakan makhluk yang aktif dan dinamis. Aktivitas mereka bertujuan agar mereka dapat diakui keberadaannya, diterima kontribusinya, dicintai dan dimiliki oleh keluarganya. Dalam memperbaiki kesalahan anak, orang tua menyadari bahwa kesalah itu muncul karena mereka belum terampil dalam melakukan kebaikan, sehingga mereka akan mencoba untuk membangun ketrampilan tersebut dengan berpijak kepada kelebihan yang anak miliki, lalu mencoba untuk memperkecil hambatan yang membuat anak berkecil hati untuk memulai kegiatan yang akan menghantarkan mereka kepada kebaikan tersebut. Kemudian orang tua juga akan berusaha menerima keadaan anak apa adanya tanpa membanding-bandingkan mereka dengan orang lain bahkan saudara kandung mereka sendiri, atau teman bermainnya. Orang tua akan membiasakan d
iri berdialog dengan anak dalam menemani tumbuh kembang anak mereka. setiap kali ada persoalan anak dilatih untuk mencari akar persoalan, lalu diarahkan untuk ikut menyelesaikan secara bersama. Dengan demikian anak akan merasakan bahwa hidupnya penuh arti sehingga dengan lapang dada dia akan merujuk kepada orang tuanya jika dia mempunyai persoalan dalam kehidupannya. Yang berarti pula orang tua dapat ikut bersama anak untuk mengantisipasi bahaya yang mengintai kehidupan anak-anak setiap saat. Selain itu orang tua yang dialogis akan berusaha mengajak anak agar terbiasa menerima konsekuensi secara logis dalam setiap tindakannya. sehingga anak akan menghindari keburukan karena diasendiri merasakan akibat perbuatan buruk itu, bukan karena desakan dari orang tuanya.


Tidak ada komentar:

Designed By