Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bagian ini maka diharapkan peserta didik akan mampu memahami:
1. Memahami ciri dan sifat atau karakteristik umum individu
2. Mengenal aspek- aspek pertumbuhan perkembangan individu
3. Memahami makna pertumbuhan dan perkembangan, karakterstik dan hukum- hukum pertumbuhan dan perkembangan
4. Mamahami karakteristik siswa sekolah menengah untuk mempersiapkan rencana kegiatan dalam proses belajar mengajar
A. Individu dan Karakteristiknya
Pokok isi uraian yang disajikan dalam bab ini adalah karaktaristik secara umum. Untuk memahami karakteristik tersebut terlebih dahulu perlu dipahami apa yang dimaksud dengan individu itu.
1. Pengertian Individu
“ Manusia” adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakekat manusia atau objek materiil yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dan dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal manusia sebagai mahluk yang berfikir atau “homosapiens”, mahluk yang berbentuk atau “ homo faber”, mahluk yang dapat di didik atau “homoeducandum”, dan seterusnya merupakan pandangan- pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia tersebut.
Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakekat manusia sebagai kesatuan sifat mahluk individu dan mahluk social, sebagai kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai mahluk Tuhan, dengan menempatkan hidupnya di dunia sebagai persiapan di akhirat. Sifat-sifat dan ciri-ciri tersebut merupakan hal yang secara mutlak disandang oleh manusia, sehingga setiap manusia pada dasarnya sebagai pribadi atau individu yang utuh. Individu berarti: tidak dapat dibagi (undivided), tidak dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai mahluk yang pilah, tunggal, dan khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri-cirinya yang khusus itu ( Webster’s, :743). Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1972: 519).
Seorang anak tidak dilahirkan dengan perlengkapan sempurna. Dengan sendirinya pola-pola berjalan, berbicara, merasakan, berfikir, atau pembentukan pengalaman harus dipelajari. Barangkali tidak ada minat yang bersifat alami, tetapi dorongan potensi-potensi tertentu dapat membentuk dan menjadi dasar dari minat yang dikembangkan anak di lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang. Secara singkat pertumbuhan dan perkembangan dapat dibedakan, jika pertumbuhan digunakan untuk menyatakan pertumbuhan kuantitatif mengenai fisik atau biologis sedangkan istilah perkembangan digunakan untuk perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani dan aspek sosial.
2. Karakteristik Individu
Setiap individu memiki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan bawaan sejak lahir baik faktor psikologis atau sosial. Segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang merupakan hasil dari perpaduan apa yang ada pada faktor-faktor biologis yang dimiliki serta pengaruh lingkungan dimana ia tinggal. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi faktor lingkungan.
B. Perbedaan Individu
Perkembangan individu terdiri dari dua faktor yang menonjol, yaitu (i) semua manusia mempunyai unsur-unsur persamaan di dalam pola perkembanganya dan (ii) di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan yang berbeda.
Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perseorangan orang perorangan atau perseorangan. Sifat individu adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Perbedaan individu dalam perbedaan individual menurut Landgrand (1980:578) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
1. Bidang-Bidang Perbedaan
Seorang anak yang memasuki sekolah dasar pada umur enam tahun dan ia diperkirakan dapat mengalami kamajuan secara teratur dalam tugas-tugas sekolahnya dilihat dalam kaitanya dengan umur. Ketidakmampuan siswa untuk menguasai bahan pelajaran umumnya dijelaskan dengan pengertian faktor-faktor seperti kemalasan atau sikap keras kepala. Penjelasan itu tidak mendasarkan kenyataan bahwa para siswa memang berbeda dalam hal kemampuan mereka untuk menguasai satu atau lebih bahan pelajaran dan mungkin berada dalam satu tingkat perkembangan.
Telah disadari bahwa perbedaan antara satu dengan lainya dan juga kesamaan diantara mereka merupakan ciri dari semua pelajaran pada satu tingkat belajar. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan individu ini dan sejauh mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan teknik pendidikan yang ditetapkan, hendaknya disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut yang harus dipahami oleh pendidik tersebut.
Umur kronologis, sebagai faktor yang mewakili tingkat kematangan siswa yang memungkinkan ia dapat di didik hendaknya dilihat sebagai komponen perbedaan. Betapa pun tingginya kemampuan mental atau fisik seorang anak usia 3 tahun, ia tidak dapat diharapkan untuk mengikuti kegiatan anak-anak usia 14 tahun karena perbedaan tingkat kematangan. Kecapakan mental adalah indeks kesiapan anak untuk belajar, sehingga perlu dipertimbangkan tentang beberapa pelajaran yang memerlukan kemampuan mental tinggi.
Kondisi fisik dari individu seperti bentuk yang khas, tingkat stabilitas emosional dan temperamennya, sikapnya terhadap pelajaran dan minat-minatnya akan mempengaruhi keberhasilan yang dicapai dalam belajar mereka. Dalam kaitanya dengan perbedaan individu hendaknya perlu diingat bahwa perbedaan dalam kualitas atau ciri-ciri adalah berjenjang. Seorang anak dapat dikategorikan intelegen atau tidak, berminat atau tidak berminat dapat mengontrol emosi secara penuh atau terganggu emosinya. Seperti halnya faktor-faktor diluar individu seperti pengaruh keluarga, kesempatan pendidikan sebelumnya, kurikulum dan teknik mengajar tidak sepenuhnya baik dan tidak sepenuhnya jelek. Aspek tingkah laku manapun dan faktor pengaruh apapun dari individu mempunyai tingkat derajat perbedaan namun bukan perbedaan secara absolut dari individu yang lain. Terlebih lagi, didalam diri individu sendiri ada perbedaaan bermacam-macam aspek dari keseluruhan kepribadiannya. Seorang anak yang telah mengetahui makna tentang “rajin” bagi dirinya dan orang lain, ia akan mempraktekkan berbuat rajin di sekolah maupun di rumah.
Perbedaan individual dikategorikan menjadi beberapa bidang menurut Garry 1963 (Oxendine, 1984: 317) adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat dan sikap.
4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
5. Perbedaan kecapakan atau kepandaian di sekolah.
a. Perbedaan Kognitif
Menurut bloom, proses belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah akan menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy Bloom, yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang pada dasarnya merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan. Sehingga tingkat kemampuan kognitif akan tergambar pada hasil belajar yang diukur atau di tes dengan hasil belajar.
b. Perbedaan Individual dalam Kecakapan Bahasa
Guru yang berpengalaman harus menyadari adanya faktor bahwa siswa-siswa berbeda secara luas dengan kekuatan untuk menguasai dan memahami bahasa lesan ataupun tertulis, serta kemampuan mereka untuk mengekspresikan diri secara tepat. Individu yang memasukan kegiatan di sekolah formal, pada dasarnya telah membawa kebiasaan dari hasil belajarnya baik dari lingkungan pendidikan prasekolah maupun dari latar belakang kehidupan sebelumnya. Pengaruh dari lingkungan keluarga tidak hanya terbatas pada pola pikirnya secara dini dan pola mengekspresikan, tetapi juga seluruh kondisi yang ada di rumah, pengaruh tersebut secara berkelanjutan akan memperlancar atau justru menghambat kemampuan berbahasa anak. Apabila latar belakangnya kaya akan kultur maka anak akan mendapat keuntungan dalam hal perbendaharaan seni.
c. Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
Kecapakan motorik adalah kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Alat indera menerima rangsangan, rangsangan tersebut diteruskan melaluai saraf sensoris ke saraf pusat (otak), untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh saraf motorik untuk memberikan reaksi dalam bentuk gerakan-gerakan atau kegiatan. Sehingga kesesuaian antara rangsangan dengan respon akan terjadi bilamana jaringan kerja saraf bekerja dengan tepat, sehingga ini dapat disebut sebagai kecakapan motorik. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya umur seseorang, berarti ia semakin matang dan akan mampu menunjukkan tingkat kecapakan motorik yang semakin tinggi yang sangat dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan tingkat berfikir.
d. Perbedaan dalam Latar Belakang
Perbedaan latar belakang dan pengalaman suatu kelompok siswa dapat memperlancar maupun menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran. Pengalaman belajar yang dimiliki anak di rumah. Memiliki kemauan anak untuk berprestasi dalam situasi belajar yang disajikan. Minat dan sikap individu terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan kerjasama, kemauan konsentrasi pada bahan pelajaran, dan kebiasaan belajar semuanya merupakan faktor perbedaan diantara para siswa.
e. Perbedaan dalam Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat. Pemenuhan tentang ajaran umum bagi seorang anak yang memiliki kecakapan khusus atau bakat belum terlalu menonjol di tahun permulaan sekolahnya, pada tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi program pendidikanya harus memperhatikan dan mengupayakan proses yang mampu merangsang dan memupuk kecapakan atau bakat tersebut.
f. Perbedaan dalam Kesiapan Belajar
Anak umur 6 tahun yang memasuki sekolah dasar (kelas 1), yang mungkin berbeda satu koma dua atau bahkan tiga tahun dalam tingkat kesiapan untuk mengambil manfaat dari pendidikan formal, sehingga kemampuan belajar anak antara usia 6 sampai 8 tahun masih relatif sama, namun faktor keluarga dan lingkungan menjadi sangat menentukan tingkat kecakapan dalam belajarnya.
C. Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
Setiap individu pada hakekatnya akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan non fisik yang meliputi aspek-aspek intelek, emosi, sosial, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap. Berikut ini diuraikan pokok-pokok pertumbuhan dan perkembangan dari aspek-aspek tersebut.
1. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih besar dan lebih panjang, dan prosesnya terjadi sejak anak sejak lahir hingga dia dewasa.
a. Pertumbuhan sebelum lahir
Pertumbuhan manusia dimulai dari proses pembuahan yang disebut embrio manusia pada umur satu bulan berukuran sekitar setengah centimeter. Pada umur dua bulan ukuran embrio membesar setengah centimeter dan disebut janin atau “fetus”. Baru setelah satu bulan kemudian ( kandungan usia tiga bulan) janin tersebut telah berbentuk menyerupai bayi dalam ukuran kecil. Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda kematangan biologis dan jaringan saraf masing-masing komponen biologis telah mampu berfungsi secara mandiri.
b. Pertumbuhan setelah lahir
Selama tahun pertama dalam pertumbuhannya, ukuran panjang badannya akan bertambah sekitar sepertiga dari panjang badan semula dan berat badannya akan bertambah menjadi tiga kalinya. Sejak lahir sampai umur dua puluh lima tahun, perbandingan ukuran badan individu, dari pertumbuhan yang kurang proporsional pada awal terbentuknya manusia (kehidupan sebelum lahir atau prenatal) sampai dengan proporsi yang ideal dimasa dewasa.
Pada masa awal setelah bayi dilahirkan, respon terhadap segala rangsangan dari luar dilakukan secara refleks dan belum terkoordinasikan. Respon yang bersifat refleks ini akan berakhir pada saat bayi berumur empat sampai lima bulan. Bayi yang baru lahir memiliki pendengaran yang amat baik, ia mampu membedakan suara lembut dan kasar, dan lebih senang dengan suara lembut. Namun penglihatannya masih sangat lemah, jaraknya tidak lebih dari 1,25 meter.
Perkembangan fungsi saraf sensoris semakin sempurna dan semakin lengkap hingga anak mampu menginterpretasikan apa yang ia lihat, dengan menyentuh dan merasakan. Semua ini merupakan potensi yang berfungsi bagi terbentuknya pengetahuan seseorang. Setelah bayi berumur satu bulan ia mulai mampu menggulingkan badanya kemudian di usia dua bulan mulai telungkup, merangkak pada umur tiga bulan, duduk dengan sedikit bantuan, duduk sendiri tanpa bantuan, berdiri, dan melangkah satu atau dua langkah, kemudian mampu berjalan sendiri setelah anak itu berumur lima belas bulan.
Pertumbuhan fisik anak dapat dibagi menjadi empat periode utama. Selama periode pralahir dan enam bulan setelah lahir, pertumbuhan tubuhnya sangat cepat. Kemudian pada akhir tahun pertama pada kehidupan pasca lahir, pertumbuhan bayi relatif lambat. Dan kemudian menjadi stabil sampai anak memasuki masa remaja, atau tahap kematangan kehidupan seksualnya. Hal ini dapat dimulai ketika anak berusia 8 - 12 tahun. Mulai saat itu sampai ia berumur 15 - 16 tahun pertumbuhan fisiknya akan cepat kembali yang biasanya disebut sebagai ledakan pertumbuhan puberitas. Periode ini kemudian akan disusul dengan periode tenang kembali sampai ia memasuki tahap dewasa (Hurlock, 1991:114).
2. Intelek
Intelek atau daya pikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan saraf otak karena pikiran pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, sehingga kemampuan intelektual dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsi secara baik. Perkembangan tingkat berfikir atau perkembangan intelek akan diawali dengan kemampuan mengenal yaitu untuk mengetahui dunia luar.
Perkembangan lebih lanjut tentang perkembangan intelek ini ditunjukkan pada perilakunya yaitu tindakan menolak atau memilih sesuatu. Sehingga keputusan yang ia ambil telah melalui proses pertimbangan yang dikenal dengan analisis, evaluasi, sampai dengan kemampuan menarik kesimpulan dan keputusan yang lazim disebut dengan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif seseorang menurut Piaget( Sarlito,1991:81) mengikuti tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap pertama: massa sensori motoris (0,0 - 2,5 tahun) dimana bayi akan mempergunakan sistem penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Rangsangan- rangsangan yang ia terima direspon dalam bentuk reflek misalnya ketika ia lapar maka bayi akan menangis.
2. Masa praoperasional (2,0 – 7 tahun) ciri khas pada masa ini adalah kemampuan anak menggunakan symbol yang mewakili suatu konsep yang memungkinkannya melakukan tindakan- tindakan yang berkaitan dengan hal-hal yang telah lewat atau pernah dilihatnya misalnya bermain dokter-dokteran
3. Masa konkreto masa konkreto prerasional (7 - 11 tahun) pada tahap ini anak sudah bisa melakukan berbagai macam tugas yang kongkrit. Yang ditandai dengan tiga macam operasi berpikir yaitu:
a. Identifikasi: mengenal sesuatu
b. Negasi: mengingkari sesuatu
c. Reproaksi: mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal
4. Masa operasional (11-dewasa) dalam usia remaja dan seterusnya seseorang sudah mampu untuk berpikir abstrak dan hipotesis. Sehingga dapat memperkirakan apa yang mungkin terjadi. Ia juga dapat mengambil kesimpulan melalui perbandingan dari berbagai kenyataan.
3. Emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia. Perasaan itu ditandai dengan beberapa perilaku seperti kecewa, senang, atau puas yang merupakan gejala dari adanya rasa.
Emosi merupakan gejala perasaan yang disertai dengan perubahan perilaku fisik. Seperti marah yang ditunjukkan dengan suara teriakan, suara keras, atau tingkah laku yang lain. Begitu pula sebaliknya jika seseorang merasa gembira dalam hatinya maka ia akan melonjak-lonjak dan tersenyum lebar.
4. Sosial
Bayi yang lahir tidak akan mampu hidup tanpa bantuan orang lain terutama ibunya, yang akan terus membantu dan merawat, sehingga bayi tersebut dapat hidup dan berkembang. Dengan kata lain dalam proses pertumbuhan seseorang tidak dapat berdiri sendiri, dimana manusia akan mulai mengenal kehidupan bersama, kemudian bermasyarakat atau berkehidupan social, yang pada akhirnya setiap orang akan menyadari bahwa manusia itu saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi.
5. Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi, setiap orang pasti memerlukan komunikasi dengan sekitarnya. Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai sarana untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Sehingga akan ada pihak-pihak yang akan berganti fungsi antara penerima dan penyampai isi pikiran.
6. Bakat Khusus
Bakat merupakan kemampuan tertentu yang dimiliki oleh seorang individu yang hanya dengan sedikit latihan kemampuan itu dapat berkembang dengan baik. Di dalam definisi bakat yang dikemukakan oleh Guildford (Sumardi, 1984) bakat mencakup tiga dimensi yaitu :
(i)Dimensi perceptual (ii) Dimensi psikomotor (iii) Dimensi intelektual. Sehingga bakat mencakup kemampuan dalam penginderaan, ketepatan dan kecepatan menangkap makna, kecepatan dan ketepatan bertindak, serta kemampuan berfikir inteligen
7. Sikap Nilai dan Moral
Menurut Piaget, pada awal pengenalan nilai perilaku serta tindakan itu bersifat paksaan, dan anak belum mengetahui maknanya. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan intelektualnya secara berangsur-angsur anak mulai mengikuti berbagai ketentuan yang berlaku dalam keluarga, semakin lama semakin luas sampai pada ketentuan yang berlaku dalam masyarakat dan Negara.
Read more ...