Breaking News

Laman

Senin, 01 Juli 2013

Gangguan Belajar Pada Anak atau Disleksia( Dislexia )

APAKAH DYSLEXIA ITU?
Dyslexia bukan hanya merupakan suatu gangguan pembacaan sederhana yang dikarakterisasi oleh pembalikan. Dyslexia juga tidak disebabkan oleh kerusakan otak seperti yang diperkirakan secara tradisional selama beberapa abad terakhir ini. Dyslexia adalah sindrom dari banyak ragam gejala yang menjangkiti lebih dari 40 juta anak-anak dan dewasa di Amerika.

Bahkan sejak awal 1970, penelitian terobosan dasar Dr. Harold Levinson terus memperlihatkan bahwa gejala-gejala Dyslexia atau LD, ADD, dan gejala phobia yang berhubungan disebabkan oleh gangguan pengacakan sinyal secara sederhana pada telinga-dalam (cerrebelar-vestibular) atau: Dengan kata lain, telinga-dalam bertindak sebagai suatu "penala-halus (fine-tuner)" untuk setiap sinyal motorik (keseimbangan, koordinasi, ritme) yang meninggalkan otak dan semua sensor serta sinyal kesadaran yang masuk. Sebagai akibatnya, otak pemikir normal akan mengalami kesulitan dalam memproses penerimaan sinyal-sinyal yang teracak atau tergganggu. Tingkat gejala-gejalanya akan ditentukan oleh: (1) tingkat pengacakan sinyal, (2) fungsi lokal dari beragam pusat otak normal penerima dan pemroses sinyal-sinyal acak ini, serta (3) kemampuan otak untuk mengimbangi pengacakan sinyal.

Sebaliknya, ahli-ahli teori kerusakan otak secara salah yakin bahwa sel-sel pemroses vital yang tersebar dalam otak pemikir yang mengalami dyslexics mengalami gangguan. Oleh karena itu, sinyal-sinyal yang diterima secara normal tidak dapat diterjemahkan dengan semestinya. Jika teori kerusakan otak ini benar, maka tingkat kecerdasan (IQ) dari penderita dyslexics akan sangat rendah, perkiraan (prognosis) atau pilihan mereka akan tetap sia-sia - walaupun semua usaha dan terapi telah diberikan - karena sel-sel pemroses abnormal didalam otak pemikir tidak dapat diimbangi secara jelas. Seperti yang mungkin diperkirakan, walaupun usaha penelitian ditingkatkan oleh ilmuwan yang jenius, teori kerusakan yang cacat ini telah diyakini selama 100 tahun dan tidak membawa satu kemajuanpun dibandingkan dengan cara dunia medis dalam mendiagnosis, mengobati, dan menjelaskan sindrom dyslexic.

Penyandang Dislexia :

Pablo Picasso
Pablo dilahirkan pada tahun 1981 di Malaga, Spanyol. Dia adalah seorang artis pematung terkenal, kontroversial, dan mengubah kecenderungan (trend) pada masa itu. Pablo masuk sekolah paroki lokal dan mengalami masa yang sangat sulit. Dia dijelaskan memiliki kelemahan terhadap pembacaan orientasi huruf dan dicap sebagai penderita dyslexic, dan kesulitan awalnya adalah kemampuan mengikuti kurikulum. Akan tetapi, dyslexia membuatnya sulit bersekolah dan dia tidak pernah mengenyam keuntungan dari pendidikannya. Dyslexia akan menyulitkan Picasso selama hidupnya kemudian.
Ayah Pablo adalah seorang guru seni di Malaga, dan memberikan semangat pada Pablo untuk belajar seni. Pablo masuk sekolah tersebut pada tahun 1892. Walaupun memiliki kelemahan-kelemahan yang ditunjukkan dalam ketidak- mampuan belajar, tampak jelas bahwa Pablo memiliki bakat yang luar biasa. Pada usia yang masih sangat muda Pablo telah mengembangkan perasaan tentang bagaimana seseorang ingin dilihat dan bagaimana orang lain melihatnya. Melalui bidang karirnya dia telah mengembangkan suatu perasaan unik tentang keindahan dan gaya yang tampak menarik perhatian orang. Pablo melukiskan sesuatu seperti dia melihatnya -kuno, terbelakang, atau terbalik. Lukisannya menunjukkan kekuatan imajinasi, emosi kasar, dan kreativitas pada psikologi manusia. Seperti para pendahulunya, Pablo Picasso membawa seni ke suatu tingkat baru. Seorang pelukis yang banyak berkarya, beberapa dari kayanya yang terkenal adalah: The Young Ladies of Avigon, Old Man with Guitar, dan Guernica.

Tom Cruise
Tom adalah karakter petarung alami. Dia tumbuh dalam kemiskinan, dn keluarganya seringkali berpindah tempat ketika ayahnya mencari pekerjaan. Tom tidak pernah mengenyam banyak waktu di suatu sekolah karena keluarganya pindah beberapa kali. Tom, seperti ibunya, menderit dyslexia dan selalu mengikuti kelas perbaikan selama bersekolah. Tom menggunakan tangan kanannya sewaktu menulis, tetapi cenderung kidal dalam melakukan banyak hal lainnya. Ketika tidak berhasil dalam pelajarannya, dia memusatkan diri pada atletik dan bertarung dalam banyak olahraga. Suatu kecelakaan lutut menghapuskan harapannya tentang suatu karir altetik yang menjanjikan.
Tom Cruise kemudian menghabiskan waktu setahun dalam suatu biara Fransiscan, tetapi kehidupan seorang pendeta tidak cocok untuknya. Semasa sekolah menengah, dia sering muncul dalam sejumlah permainan, dan dengan dukungan semangat dari ibunya, dia memulai suatu karir dalam dunia akting. Tom memusatkan semua energinya untuk mengembangkan karir aktingnya, sekali lagi mengungkapkan keberanian untuk mengatasi kelemahannya. Dia tidak pernah membiarkan ketidak-mampuannya dalam belajar untuk menghalangi jalan kesuksesannya.

Richard Branson
Richard Branson, pendiri dan ketua Virgin Group yang berlokasi di London, tidak pernah berhasil dalam sekolahnya. Dalam kenyatannya, sekolah adalah suatu mimpi buruk untuknya. Nilainya untuk ujian standar sangat buruk, menunjukkan suatu masa depan yang suram. Dia sangat merasa malu karena menderita dyslexia dan merasakan pendidikannya menjadi semakin sulit untuk dilalui. Dia merasakan seperti telah terbuang.
Akan, tetapi para gurunya gagal mengetahui bakat alaminya. Kemampuannya untuk berhubungan dengan seseorang pada suatu tingkat pribadi, perasaan intuisinya terhadap orang lain, tidak terdeteksi sampai seorang Richard Branson yang frustasi memulai sebuah suratkabar pelajar dengan temannya, Jonny Gems. Kesusesan yang mengagumkan dari Student hanya merupakan awal dari beragam kesusesan lain dalam karirnya.
Walaupun menghadapi gangguan dan tantangan karena dyslexia yang dideritanya, dengan memusatkan pada bakat alaminya, Richard Branson berhasil mengatasi kelemahannya. Dari keberhasilan pertama kali ini dan rasa percaya diri yang besar, Richard Branson tidak pernah berpaling kebelakang.

Leonardo Da Vinci
Dilahirkan pada tahun 1452, Da Vinci dikirim ke Florence pada masa remajanya untuk magang sebagai seorang pelukis dibawah bimbingan Andrea del Verrocchio. Dia secara cepat mengembangkan gaya seni sendiri yang unik dan bertentangan dengan tradisi, bahkan berlanjut sampai menemukan rumusan khusus sendiru tentang lukisan. Gayanya dikarakterisasi oleh difusi bayangan dan corak warna yang halus, menandai awal periode High Renaissance.
Da Vinci mengabdikan dirinya untuk memahami misteri alam, dan kontribusi pengetahuannya terhadap ilmu dan teknologi juga sangat terkenal. Sebagai seorang pembentuk pola dasar (archetypal) Renaissance, Leonardo membantu mengatur suatu landasan dunia yang bodoh dan penuh takhyul menjadi berlandaskan pada alasan, ilmu, pemahaman, dan toleransi. Dia adalah seorang penemu, ilmuwan, ahli teknik, arsitek, pelukis, pematung, musisi, ahli matematika, anatomi, astronomi, geologi, biologi, dan filosofi yang pada masanya sangat dikenal dunia internasional.
Da Vinci juga diyakini menderita sejumlah gangguan belajar termasuk dyslexia dan gangguan defisit perhatian. Beberapa orang yakin bahwa awal dari banyak proyek yang pernah diselesaikannya menunjukkan bahwa dia menderita gangguan defisit perhatian. Bukti yang kuat dalam naskah asli Da Vinci dan surat-suratnya menguatkan diagnosis dyslexia. Terlihat bahwa Leonardo menulis catatannya terbalik, dari kanan ke kiri, dalam suatu bentuk pencerminan. Hal ini merupakan suatu ciri khas yang dimiliki oleh seorang dyslexic kidal. Sebagai tambahan terhadap tulisan tangan, kesalahan pengejaan dalam naskah dan jurnalnya menunjukkan kelemahan bahasa mirip dyslexia.
Da Vinci mengatasi ketidak-mampuan belajarnya dengan menyalurkan bakat kreatifnya menjadi gambaran visual pikirannya. Daya kreasinya yang kreatif, penuh analisis, dan berwawasan luas tidak tertandingi sampai saat ini.

Thomas Edison
Dilahirkan pada tahun 1847, Thomas Edison adalah seorang ilmuwan dan penemu yang cemerlang. Dia dikeluarkan dari sekolah ketika berusia 12 tahun karena dianggap sangat bodoh. Dia tercatat mengalami kesulitan dalam matematika, tidak mampu berkonsentrasi, dan memiliki kesulitandengan kata dan ejaan. Akan tetapi, kemudian tampak jelas bahwa Thomas Edison adalah seorang siswa yang sangat cerdas walaupun kinerjanya sangat buruk di sekolah,
Pada akhil 1860an dan awal 1870an ilmu kelistrikan masil dalam masa pertumbuhan dan Thomas Edison selalu mengikuti perkembangan terbaru. Dia adalah seorang yang gemar sekali membaca, mulai dari penelitian terakhir tentang artikel-artikel ide baru dalam desain telegraf sampai jurnal-jurnal keteknikan. Selama karirnya Edison telah memilliki hak paten atas 1,093 penemun. Edison diyakini bekeja sangat giat, kadangkala selama 20 jam sehari. Kata-katanya yang terkenal adalah, "Jenius terdiri atas 1 persen inspirsi dan 99 persen usaha."
Bekerja keras dan ketekunan membantu Thomas Edison memusatkan pemikirannya yang tajam dan kemampuannya yang kreatif pada perkembangan peralatan jenius yang kemudian diletakkan sebagai landasan untuk masyarakat moderen saat ini.

Jay Leno
Jay Leno bekerja sangat giat sepanjang hidupnya. Sebagai seorang penderita dyslexic menengah, dia tidak berhasil dalam sekolah dan biasanya hanya memperoleh nilai C atau D. Akan tetapi, Jay memiliki semangat untuk mencapai tujuannya. Walaupun hanya memperoleh nilai yang rendah, dia berani meneruskan sekolah ke Emerson College di Boston. Ketika dinyatakan sebagai seorang calon siswa yang kurang memenuhi syarat, Jay mengatakan hatinya sangat mantap untuk masuk universitas tersebut dan duduk diluar kantor penerimaan selama 12 jam sehari, 5 hari seminggu sampai akhirnya dia diterima masuk ke universitas tersebut.
Jay menyatakan dyslexia yang memungkinkan dia sukses dalam dunia komedi. Dia menyatakan dyslexia yang membantu dia mengembangkan usaha dan kegigihan yang dibutuhkan untuk berhasil dalam dunia komedi, dan dalam kehidupan secara umum.

Whoopi Goldberg
Whoopi Goldberg, terlahir dengan nama Carolyn Johnson, adalah seorang artis Amerika yang hebat, berperan dalam banyak film terkenal seperti Ghost, Sister Act I dan II, Made in America, Jumping Jack Flash, The Color Purple, dan Star Trek: Generation.
Whoopi memiliki sejumlah kelemahan dalam sekolah, tetapi tidak terlalu dirasakannya sampai ketika dewasa dia menemukan dirinya terkena dyslexia. Ketika Whoopi dewasa, dia ingat bahwa dirinya dipanggil dungu dan bodoh karena mengalami beberapa masalah dalam membaca. Kemudian tampak jelas bagi guru dan orang tuanya bahwa dia tidak lambat atau dungu, tetapi memiliki beberapa masalah yang belum dapat didefinisikn dengan baik.
Walaupun menderita dyslexia, Whoopi Goldberg berhasil memiliki suatu karir yang berhasil dalam dunia film dan televisi.

Ada beberapa tipe dyslexia yang dapat mempengaruhi kemampuan mengeja; membaca beserta penyebabnya, seperti berikut ini yang dikutip dari medicinenet.com .

* Trauma dyslexia
Biasanya terjadi akibat adanya trauma atau luka pada bagian otak yang mengontrol cara untuk membaca; menulis.
* Dyslexia primer
Dyslexia ini disebabkan karena tidak berfungsinya bagian otak kiri (cerebral cortex); tidak berubah karena usia. Orang yang mengalami jenis dyslexia ini sangat jarang bisa membaca dengan lancar, bahkan hingga dewasa. Dyslexia primer ini dapat diturunkan secara genetik; biasanya lebih banyak dialami oleh pria daripada wanita.
* Dyslexia sekunder
Dyslexia jenis ini disebabkan oleh pembentukan hormon yang kurang sempurna pada saat perkembangan awal janin. Dyslexia sekunder ini akan menghilang seiring bertambahnya usia anak, serta lebih sering terjadi juga pada anak laki-laki.
37 Karakteristik Umum dari Dyslexia
Sebagian besar penderita dyslexia akan memiliki 10 dari ciri khas dan perilaku berikut ini. Karakteristik-karakteristik ini dapat bervariasi dari hari-ke-hari atau menit-ke-menit. Hal-hal yang paling konsisten tentang dyslexia adalah ketidakpastiannya.

Umum:
  Tampak cemerlang, sangat cerdas, dan pandai bicara, tetapi tidak mampu membaca, menulis, atau mengeja pada suatu tingkat tertentu.
  Dicap malas, dungu, tidak peduli, belum dewasa, "tidak mencoba sekuat tenaga", atau "masalah perilaku."
  Tidak "cukup terbelakang" atau tidak "cukup buruk" untuk dibantu dalam sekolah.
  Tinggi dalam IQ, tetapi memperoleh nilai yang rendah dalam ujian akademik; nilai ujian lisan cukup baik, tetapi tidak baik pada ujian tertulis.
  Merasa bodoh; memiliki penilain rendah terhadap diri sendiri; bersembunyi atau menyembunyikan kelemahannya dengan strategi pengimbangan yang jenius; mudah frustasi dan emosi terhadap pembacaan atau ujian sekolah.
  Berbakat dalam bidang seni, drama, olahraga, mekanik, bercerita, penjualan, bisnis, desain, pembangunan, atau keteknikan.
  Seringkali terlihat "merenung" atau melamun; mudah tersesat kehilangan trek waktu.
  Kelemahan mendukung perhatian; terlihat "hiper" atau "pelamun"
  Belajar dengan cepat melalui pengalaman, demonstrasi, pengamatan, dan dukungan visual Keahlian Menulis dan Motorik
  Bermasalah terhadap penulisan atau penyalinan; cara memegang pensil tidak umum; tulisan tangan bervariasi atau tidak terbaca.
  Kaku, kurang terkoordinasi pada olahraga bola atau kelompok; kelemahan terhadap keahlian dan tugas-tugas motorik kasar atau halus; cenderung mengalami sakit akibat gerakan.
  Dapat sangat trampil menggunakan kedua tangannya, tetapi sering bingung terhadap kanan/kiri dan atas/bawah.

Berhitung dan Manajemen Waktu:
  Mengalami kesulitan untuk menerangkan waktu, mengatur waktu, mempelajari urutan informasi atau tugas, atau tepat waktu.
  Perhitungan matematika memperlihatkan ketergantungan pada perhitungan jari dan trik-trik lain; mengetahui jawaban, tetapi tidak dapat menuliskannya di kertas.
  Dapat berhitung, tetapi mengalami kesulitan menghitung obyek dan uang.
  Dapat mengerjakan operasi aritmatika, tetapi gagal dalam masalah kata; tidak dapat mengerjakan aljabar atau matematika yang lebih tinggi.

Visi, Pembacaan, dan Pengejaan:
  Keluhan sakit kepala (dizzines dan headaches) atau sakit perut ketika membaca.
  Bingung terhadap huruf, angka, kata, urutan, atau penjelasan verbal.
  Pembacaan atau penulisan memperlihatkan pengulangan, tambahan, perubahan posisi, penghilangan, substitusi, dan pembalikkan huruf, angka dan/atau kata.
  Keluhan terhadap perasaan atau melihat pergerakan yang tidak benar-benar ada ketika membaca, menulis, atau menyalin.
  Tampak mengalami kesulitan dengan visi, padahal pengujian mata tidak menunjukkan gejala suatu penyakit.
  Penglihatan dan pengamatan yang sangat tajam, atau mengalami kelemahan dalam persepsi dan saranan penghubung visi.
  Membaca dan membaca ulang dengan sedikit pemahaman.
  Mengeja secara fonetik dan tidak konsisten.

Pendengaran dan Pengucapan
  Memiliki kemampuan pendengaran yang tajam; mampu mendengar sesuatu yang tidak terdengar oleh orang lain; mudah tertarik oleh suara.
  Mengalami kesulitan menempatkan pikiran dalam kata; berbicara dalam frasa-frasa yang terputus; mengucapkan kalimat tidak dengan lengkap; menggumam ketika mengalami stress; kesalahan pengucapan untuk kata yang panjang, atau mengubah urutan frasa, kata, dan suku kata ketika berbicara

Daya-Ingat dan Pengenalan
  Daya ingat yang hebat terhadap pengalaman, lokasi dan wajah.
  Daya-ingat yang lemah terhadap urutan, fakta-fakta dan informasi yang belum pernah dialaminya.
  Berpikir terutama dengan bayangan dan perasaan, bukan dengan suara atau kata (kelemahan dialog internal).

Perilaku, Kesehatan, Perkembangan, dan Kepribadian:
  Mengalami gangguan secara ekstrim atau gangguan sikap.
  Dapat dimasukkan dalam kelompok pelawak, pembuat masalah, atau terlalu pendiam.
  Biasanya memiliki perkembangan tingkat yang lebih dini atau telat (berbicara, bergerak, berjalan, mengikat tali sepatu).
  Cenderung mengalami infeksi telinga; sensitif terhadap makanan, produk kimia tambahan.
  Dapat tidur secara berlebihan atau kekurangan; mengompol selama usia tertentu.
  Memiliki toleransi yang tinggi atau rendah terhadap rasa sakit.
  Perasaan yang kuat terhadap keadilan; sensitif secara emosional; berusaha tampil sempurna.
  Kesalahan-kesalahan dan gejala-gejala meningkat secara dramastis terhadap kebingungan, tekanan waktu, stress emosional, atau menurunnya kesehatan.

CARA MENDIAGNOSA ANAK YANG MENDERITA DYSLEXIA

Ada dua pendekatan dalam melakukan diagnosa terhadap dyslexia. Pendekatan pertama adalah dengan melakukan sebuah test tertentu, seperti test pendidikan, test medis dan test psikologis. Pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan mamancara, pengamatan, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan observasi.

I. Pendekatan Pertama ( test IQ,test kemampuan akademis, test medis )

1. Tes IQ
Tes IQ boleh dilakukan untuk para siswa, dan cara seperti ini bisa berguna untuk mendiagnosa mengenai ada atau tidaknya dyslexia. Namun, walaupun demikian sebaiknya kita tidak perlu terlalu menggantungkan pada test IQ. Karena test ini penuh dengan kekurangan dan kelemahan seperti tingkat emosional dan lain sebagainya.

2. Test Kemampuan Akademik
Pemerintah Inggris telah memperkenalkan dan menggunakan empat model test yang diujikan dalam suasana yang menyerupai suasana di kelas yang sebenarnya.
Ke empat model tersebut. Berfungsi untuk mengukur prestasi akademik. Dari ke empat model tersebut dua diantaranya yang paling dipercaya akurasinya yakni :

     I. Metropolitan Achivement Test
Adalah sejumlah test yang diperuntukkan khusus anak-anak mulai masuk sekolah sampai di bawah 10 tahun untuk mengukur kemampuan bahasa, membaca, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu sosial. Test ini dilakukan dalam suasana di kelas, sehingga mencerminkan bagaimana anak-anak mengerjakan test tersebut dalam situasi kelas yang sebenarnya.

     II. Wide Range Achievment Test
Berfokus pada kemempuen membaca, mengeja dan aritmatika. Test ini memiliki 2 level, yang pertama digunakan untuk anak-anak yang berusia lima sampai sebelas tahun, dan yang kedua untuk anak- anak yang berusia lebih dari sebelas tahun.

3. Test Medis
Penglihatan anak perlu diperiksa untuk mengetahui adanya kemungkinan gangguan membaca yang bukan karena dyslexia. Test -test lain adalah scotopic sensitivity (mengukur selarasatau tidaknya bola mata) dan test persendian tulang kepala. Kedua test ini tidak dapat lagi digunakan untuk mendiagnosa dyslexia karena teori yang mencoba menghubungkan hubungannya dengan dyslexia tidak valid


2. Pendekatan kedua ( pengamatan, wawancara)
Tahapan- tahapan wawancara untuk mendiagnosa dyslexia diantaranya adalah sebagai berikut

a. Mengumpulkan data mengenai intelegensi dan kepribadiannya.
Dengan cara menanyakan kepada anak tersebut tentang kegiatan apa saja yang dilakukan di sekolah. Umumnya anak yang menderuta dyslexia akan merasa ,malu jika kekurangannya diketahui orang lain. Namun, kita harus bisa menggali informasi dari anaknya karena hanya dengan berbicara dengan orang tua saja tidak cukup.

b. Menanyakan perkembangan anak dari bayi.
Hal ini perlu dilakukan unyuk mengetahui apakah anak tersebut mengalami lambat dalam perkembangannya atau menderita dyslexia.

c. Menguji kemampuan membaca anak.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada tingkat apa sebenarnya ia berada. Banyak anak yang mengalami dyslexia mempunyai
kemampuan membaca yang jauh lebih rendah dibanding teman seusianya, misalnya saja 3 tingkat lebih rendah, bahkan lebih.

d. Memberikan pertanyaan matematika tertulis.
Apabila ketika ia mengerjakan soal matematika tertulis mengalami kesulitan, tetapi ketika dibacakan ia bisa menjawabnya dengan tepat, maka jelas kesalahannya terletak pada membaca.

e. Melihat catatan pihak sekolah mengenai prestasi belajarnya.
Hal ini dibutuhkan untuk mengetahui gambaran kapan anak tersebut mulai mendapat kesulitan dalam belajar. Umumnya anak yang mengalami dyslexia dalam pelajaran yang ada hubungannya dengan membaca ia mulai kesulitan dan prestasinya menurun.

f. Mencari riwayat dyslexia anggota keluarganya yang lain.
Penanganan

  • Usahakan agar benar-benar aktif dalam mendampinginya dari waktu ke waktu. Penderita disleksia setiap saat akan menemukan kesulitan-kesulitan. Dan  bila kita biarkan mereka mencari jawabannya sendiri,maka ketika  menemukan kegagalan demi kegagalan,si penderita justru akan menjadi  semakin bodoh. Keadaan tersebut akan memperburuk penyimpangannya.
  • Memberikan dorongan sedemikian rupa untuk mengembalikan kepercayaan dirinya. Penderita  disleksia akan cenderung  menghabiskan waktunya untuk mencari cara  dalam usahanya untuk menguasai sejumlah materi pelajaran  seperti,membaca,menulis dan hitungan-hitungan. Perjuangan ini hanya akan  tetap bertahan apabila kepercayaan dirinya terus terjaga
  • Buatlah semenarik mungkin ketika mengajarinya membaca. Hampir  semua anak penderita disleksia tidak suka pelajaran membaca,karena  membaca adalah pekerjaan yang paling berat bagi dirinya. Carilah isi  bacaan yang disukai oleh subjek,sehingga hal tersebut akan menjadi  menarik bagi subjek untuk terus mambacanya walaupun sulit.
  • Berikan model peran ,seperti orang-orang sukses yang disleksia. Model  peran  sangat penting mereka untuk meningkatkan semangatnya, dan tidak  selalu harus Albert Einstein, karena mungkin itu terlalu kuno. Ambilah  misalnya Orlando Bloom,Jackie Chan,Mc Dreamy,Patrick Dempsey (ini adalah  tokoh-tokoh pria sukses yang disleksia). Untuk wanita bisa diberikan  tokoh: Selma Hayek,Jewel,Whoopi Goldberg yang tentu akan membangkitkan  semangat dan harapan kesembuhan pada dirinya.
  • Bantu mereka dengan teknologi  yang membantu. Memberikan komputer saja untuk anak-anak disleksia  tidak akan sangat membantu. Berikan mereka software seperti Dragon Naturally Speaking atau Kurzweil 3000 . Biarkan mereka belajar sampai ia benar-benar menguasainya .
  • Gunakan Metode Pendekatan Multi-Sensori. Wilson  Reading System. Orton-Gillingham, dan Slingerland Approach merupakan  pendekatan pengajaran Multi-sensori. Mengajar mereka dengan pendekatan  multi-sensori akan sangat membantu proses recoverynya.Ke enam cara ini  bisa anda gunakan untuk bisa membantu mereka.

Tidak ada komentar:

Designed By