Breaking News

Laman

Minggu, 25 November 2012

PERKEMBANGAN AFEKTIF

A. Perkembangan Emosi
1. Pengertian Emosi
Daniel Goleman (1995) : emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Chaplin (1989) dalam Dictionary of Psychology : emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.

2. Bentuk – Bentuk Emosi
Daniel Goleman (1995) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu :

1. Amarah, didalamnya meliputi brutal,mengamukm, benci, marah besar, jengkel,kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindakn kekerasan, dan kebencian patologis.

2. Kesedihan, didalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.

3. Rasa takut, didalmnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih,waspada, tidak tenang, ngeri, kacut, panik dan fobia.



4. Kenikmatan, didalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, sengan sekali da mania

5. Cinta, didalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,kasmaran dan kasih sayang.

6. Terkejut, didalamnya meliputi terkesiap, takjub, dan terpana.

7. Jengkel, didalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.

8. Malu, didalmnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur.


3. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku
Daniel Goleman (1995) melalui teori kecerdasan emosional menggambarkan hubungan antara emosi dan tingkah laku, yaitu :

1. Respons yang cepat tetapi ceroboh

Dikatakannya bahwa pikiran yang emosional itu ternyata jauh lebih cepat daripada pikiran yang rasional karena pikiran emosional sesungguhnya langgsung melompat bertindak tanpa memepertimbangkan apapun yang dilakukannya. Karena kecepatanya itu sehingga sikap hati-hati dan proses analitis dalam berpikir dikesampingkan begitu saja sehingga tidak jarang menjadi ceroboh.

2. Mendahulukan perasaan kemudian pikiran

Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lama dibandingkan dengan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul adalah dorongan hati atau emosi, kemudian dorongan pikiran. Dalam urutan reson yang lebih cepat, perasaan mendahului atau minimal berjalan serempak dengan pikiran.

Keputusan model kedua ini sifanya lebih disengaja dan biasanya individu lebih sadar terhadap gagasan-gagasan yang akan dikemukakan.

3. Memperlakukan realitas sebagai realitas simbolik

Logika pikiran emosional disebut juga logika hati bersifat asosiatif. Artinya, memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sama dengan realitas itu sendiri. Jika dilihat dari dari sudut pandang pikiran rasional, sesungguhnya simbol-simbol dan berbagai rutual keagamaan tidak sedemikian bermakna jika dibandingkan dengan sudut pandang pikiran emosional.

4. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang

Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri atau suatu peristiwa tampak serupa dengan kenangan masa lampau yang mengandung muatan emosi maka pikiran emosional akan menanggapinya dengan memicu perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang diingat

5. Realitas yang ditentukan oleh keadaan

Pikiran emosional individu banyak ditentukan oleh keadaan dan didiktikan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat pada saat itu.

4. Teori lainnya yang menjelaskan tentang hubungan antara emosi dan tingkah laku :

a. Teori Sentral oleh Walter B. Canon.

Menurut teori ini yaitu individu mengalami emosi lebih dahulu, baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam jasmaninya. Dengan demikian menurut teori ini dapat dikatakan bahwa emosilah yang menimbulkan tingkah laku dan buka sebaliknya.

b. Teori Peripheral oleh James dan Lange.

Menurut teori ini dikatakan bahwa gejala-gejala kejasmanian atau tingkah laku seseorang bukanlah merupakan akibat dari emosi , melainkan emosi yang dialami oleh individu sebagai dari gejala-gejala kejasmanian.

c. Teori Kepribadian

Menurut teori ini , emosi merupakan suatau aktivitas pribadi dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Oleh karena itu, emosi meliputi perubahan –perubahan jasmani.

d. Teori Kedaruratan Emosi oleh Walter B. Canon.

Diskusi dalam khazanah psikologi tentang masalah emosi adalah mengenai hubungan antara perasaan dengan emosi dan juga hubungan antara emosi dan motivasi

5. Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja

1. Periode Praremaja

Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama anata remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum tampak jelas, tetapi pada remaja putri biasanya memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat sehingga mereka merasa gemuk. Gerakan-gerakan meraka mulai menjadi kaku.

2. Periode Remaja Awal

Selama periode ini perkembangan fisik yang semakin tampak adalah perubahan fungsi alat kelamin. Karena perubahan alat kelamin semakin nyata. Remaja seringkali mengalami kesukaran dalam menyesuaiakan diri perubahan-perubahan itu. Akibatnya,tidak jarang mereka cenderung menyendiri sehingga merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau mempedulikannya.

3. Periode Remaja Tengah

Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja, yaitu mampu memikul sendiri juga menjadi masalah tersendiri bagi mereka. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar.

4. Periode Remaja Akhir

Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja

1. Perubahan Jasmani

Perubahan jasmani yang diitunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat capat dari anggota tubuh.

2. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja , sangat bervariasi . ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang penuh cinta kasih.

3. Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya

Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan dengan lawan jenis.

4. Perubahan Pandangan Luar

Konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut :

a. sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten

b. dunia luar ata masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.

c. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab

5. Perubahan Interaksi dengan Sekolah

Dalam pembaruan, para remaja sering terbentur pada nilai-nilai yang tidak dapat mereka terima atau yang sama sekali bertentangan dengan nilai-nilai yang menarik bagi mereka.

Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi

Proses berkembangan adalah saat anak menyadari permintaan dan syarat-syarat hidup dalam suatu lingkungan. Meskipun masih dalam lingkungan keluarga, batas-batas dalam bentuk disiplin mulai dapat diberikan. Disiplin yang tegas tetapi disertai kasih sayang akan membantu anak dalam perkembangan emosinya. Sebaliknya, jika disiplin dilakuakan dengan kekerasan yang tidak beralasan dan tanpa kasih sayang , akan menimbulkan keragu-raguan pada diri anak dan anak akan kehilangan kepercyaan diri. Apabila ini terjadi pada dua anak dalam satu keluarga (seayah/seibu) secara individu. Perkembangan akan jelas bisa dibedakan.

Manusia berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, baik dalam bakat, minat, keadaan jasmani, keadaan sosial, intelegensi, maupun kepribadiannya. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi bahkan dapat diramalkan akan terjadi.

Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya bagi Pendidikan

Untuk mengembangkan kecerdasan emosional remaja W.T. Grant Consortium mengemukakan ”Unsur-Unsur Aktif Program Pencegahan” yaitu :

1. Pengembangan Keterampilan Emosional

a. mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan

b. mengungkapkan perasaan

c. menilai intensitas perasaan

d. mengelola perasaan

e. menunda pemuasan

f. mengendalikan dorongan hati

g. mengurangi stress, dan

h. memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan



2. Pengembangan Keterampilan Kognitif

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ketrampilan kognitif individu adalah sebagai berikut :

a. Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.

b. Belajar memebaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial, misalnya menegnali pengaruh sosial terhadap perilaku dan melihat diri sendiri dalam perspektif masyarakat yang lebih luas

c. Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, misalnya menegndalikan dorongan hati, menentukan sasaran, mengidentifikasi tindakan-tindakan alternatif, dan memperhitungkan akibat- akibat yang mungkin timbul.

d. Belajar memehami sudut pandang orang lain (empati)

e. Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang tidak

f. Belajar bersikap positif terhadap kehidupan

g. Belajar mengembangkan kesadaran diri, misalnya menegmbangkan harapann-harapan yang realistis tentang diri sendiri

3. Pengembangan Keterampilan Perilaku

Cara yang dilakukan untuk mengembangkan ketrampilan perilaku individu adalah sebagai berikut :

a. mempelai ketrampilan komunikasi nonverbal, misalnya berkomunikasi melalui pandangan mata, ekspresi wajah,gerak-gerik, posisi, dan sejenisnya.

b. Mempelajari ketrampilan komunikasi verbal, misalnya mangajukan permintaan dengan jelas ,mendeskripsikan sesuatu kepada orang lain yang jelas, menanggapi kritik secara efektif, menolak pengaruh negatif, mendengarkan orang lain dan ikut serta dalam kelompok-kelompok kegiatan positif yang banyak menggunakan komunikasi verbal.

1. belajar mengembangkan kesadaran diri

2. belajar mengambil keputusan pribadi

3. belajar mengelola perasaan

4. belajar menangani stres

5. belajar berempati

6. belajar berkomunikasi

7. belajar membuka diri

8. belajar mengembangkan pemahaman

9. belajar menerima diri sendiri

10. belajar menegmbangkan tanggung jawab pribadi

11. belajar mengembangkan ketegasan

12. mempelajari dinamika kelompok

13. belajar menyelesaikan konflik



B. Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

1 Pengertian Nilai, Moral dan Sikap

Menurut Spranger, nilai diartikan sebgai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu (Sunaryo Kartadinata, 1988). Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi (Shaffer, 1979). Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek (Fishbein, 1975).

Hubungan antara Nilai, Moral dan Sikap

Individu akan menentukan perilaku mana yang harus dilakukan dan yang harus dihindarkan, ini akan tampak dalam sikap dan perilaku nyata sebagai perwujudan dari sistem nilai dan moral yang mendasarinya.



2. Karakteristik Nilai, Moral dan Sikap Remaja

Pada masa remaja merasakan pentingnya nilai-nilai baru sebagai pedoman, pegangan, atau petunjuk dalam pencarian jati diri yang lebih matang.

Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.

3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap

Faktor lingkungan yang berpengaruh mencakup aspek psikologis, sosial, budaya dan fisik kebendaan.baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, kondisi psikologis ,pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai sarana rekreasi yang tersedia dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat akan mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.

4. Perbedaan Individual dalam Nilai, Moral dan Sikap

Setiap individu pasti merupakan anggota dari suatu kelompok sosial tertentu. Sistem nilai, moral dan sikap yang berlaku dalam masyarakat berbeda antara kelompok satu dan kelompok lain. Nilai moral dan sikap banyak berkaitan dengan substansi kehidupan kelompok sosial tertentu. Sistem nilai, moral dan sikap individu dalam suatu kelompok sosial sedikit banyak di pengaruhi oleh struktur budaya dari kelompok sosial tersebut.dengan demikina sistem nilai, moral dan sikap yang berlaku di dalam masyarakat berbeda antara kelompok satu dengan kelompok lainnnya bahkan sesungguhnya sistem nilai moral dan sikap bukan hanya di pengaruhi oleh kelompok masyarakat tertentu, melainkan dalam suatu keluargapun biasanya memiliki dan menjujung tinggi sistem nilai, moral dan sikap yang di yakini dan di pegang teguh oleh anggota keluarga.

5. Upaya Pengembangan Nilai, Moral dan Sikap serta Implikasinya bagi Pendidikan

Nilai moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Proses ini didahului seseorang dalam pengembangan nilai-nilai tertentu adalah sebelum proses yang belum seluruhnya difahami oleh para ahli (Surakhamad, 1980: 17). Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral, dan sikap remaja adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan Komunikasi

Kita dapat mengetahui bahwa nilai-nilai hidup yang dipelajari memerlukan satu kesempatan untuk diterima dan diserap sebelum menjadi integral dari tingkah laku seseorang. Dan kita ketahui pula bahwa nilai-nilai hidup yang dipelajari barulah betul-betul berkembang apabila telah dikaitkan dalam konteks kehidupan bersama.

b. Menciptakan Iklim Lingkungan yang Serasi

Para remaja sering bersikap kritis, menentang nilai-nilai dan daasar hidup orang tua dan orang dewasa lainya. Hal ini tidak berarti mengurangi kebutuhan mereka akan suatu sistem nilai yang tetap dan memberi rasa aman kepada remaja. Mereka tetap menginginkan suatu sistem nilai yang akan menjadi pegangan dan petunjuk bagi perilaku mereka.

Moral bagi remaja merupakan suatu kebutuhan yang digunakan sebagai pedoman dalam rangka mencari jalan antas penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Pedoman ini juga menumbuhkan identitas dirinya menuju kepribadian yang dapat menghindarkan mereka dari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi ini. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa suatu lingkungan yang lebih banyak bersifat mengajak, mengundang, atau memberikan kesempatan, akan lebih efektif dari pada lingkungan yang ditandai dengan larangan-larangan atau peraturan yang serba membatasi.

Tidak ada komentar:

Designed By